Kerajaan Makassar merupakan salah satu kerajaan maritim yang memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia, terutama pada abad ke-16 hingga abad ke-17. Terletak di wilayah Sulawesi Selatan, tepatnya di sekitar Teluk Makassar, kerajaan ini dikenal dengan sebutan kerajaan Gowa-Tallo, yang menjadi salah satu kekuatan besar dalam perdagangan dan politik di Nusantara. Kerajaan Makassar memiliki sejarah yang kaya, dengan kebesaran yang diwarnai oleh kejayaan dalam bidang perdagangan, pelayaran, dan pengaruh politik yang sangat luas, bahkan hingga ke luar Nusantara.
Artikel ini akan mengajak Anda mengenal lebih dalam tentang sejarah kerajaan Makassar, kejayaannya, serta pengaruh besar yang dimilikinya di kawasan Asia Tenggara dan Nusantara.
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar terdiri dari dua kerajaan utama, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Kerajaan Gowa didirikan sekitar abad ke-16, dengan pusat kekuasaannya terletak di Makassar, yang saat itu merupakan wilayah pesisir yang strategis. Sementara itu, Kerajaan Tallo, yang berdekatan dengan Gowa, juga memainkan peran penting dalam pembentukan kerajaan ini. Kedua kerajaan ini akhirnya bersatu melalui pernikahan dan aliansi politik, membentuk apa yang dikenal dengan nama Kerajaan Gowa-Tallo.
Pada awalnya, Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan tersebut. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Alauddin, kedua kerajaan ini dipersatukan melalui kesepakatan politik, dan Gowa menjadi kerajaan yang lebih dominan. Sultan Alauddin adalah salah satu penguasa besar yang memimpin Gowa pada abad ke-16, yang terkenal dengan kebijaksanaannya dalam memperluas kekuasaan dan memperkuat peran Gowa sebagai pusat perdagangan.
Kerajaan Makassar juga menjadi salah satu kerajaan yang sangat terpengaruh oleh penyebaran agama Islam. Islam pertama kali masuk ke daerah ini melalui pedagang Muslim dari Gujarat, India, yang kemudian membawa perubahan signifikan dalam struktur politik dan sosial kerajaan. Sultan Alauddin, yang memerintah pada masa itu, kemudian memeluk Islam dan menjadikan agama ini sebagai agama resmi kerajaan, sehingga Makassar dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Indonesia.
2. Kejayaan Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 dan ke-17, yang terutama ditandai oleh kekuatan politik dan ekonomi yang luar biasa. Kejayaan ini sangat dipengaruhi oleh letak geografisnya yang strategis, berada di antara jalur perdagangan antara Maluku, Jawa, dan Filipina. Makassar, khususnya pelabuhan Makassar, menjadi pusat perdagangan yang sangat penting pada masa itu, menjadikannya salah satu kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara.
a. Kekuatan Maritim dan Perdagangan
Sebagai kerajaan maritim, Makassar memainkan peran penting dalam perdagangan internasional. Pelabuhan Makassar menjadi tempat bertemunya pedagang-pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk Cina, India, Arab, dan Eropa. Komoditas-komoditas utama yang diperdagangkan antara lain rempah-rempah, emas, perak, serta hasil-hasil bumi lokal seperti beras dan kopra. Salah satu alasan utama di balik kejayaan kerajaan ini adalah kemampuannya dalam menguasai jalur perdagangan laut yang strategis, menjadikan Makassar sebagai pusat transshipment yang menghubungkan pasar-pasar utama di seluruh dunia.
Selain itu, Makassar juga dikenal dengan armada lautnya yang kuat. Kerajaan Gowa-Tallo mengembangkan kekuatan laut yang tidak hanya digunakan untuk tujuan perdagangan, tetapi juga untuk pertahanan dan ekspansi wilayah. Armada laut Gowa sering terlibat dalam pertempuran dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara, termasuk dengan Portugis dan Belanda, yang memiliki kepentingan besar dalam penguasaan perdagangan di Asia.
b. Penyebaran Islam dan Budaya
Penyebaran Islam di Makassar juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kejayaan kerajaan ini. Pada masa Sultan Alauddin, Islam mulai mengakar kuat di kerajaan ini dan membawa pengaruh besar dalam struktur sosial dan budaya. Para pedagang Muslim membawa nilai-nilai Islam yang kemudian diterima oleh masyarakat Gowa dan Tallo, membentuk sebuah masyarakat yang lebih religius dan terorganisir dengan sistem hukum Islam yang jelas.
Selain itu, budaya Islam mempengaruhi seni, arsitektur, serta tradisi kerajaan, yang tercermin dalam pembangunan masjid-masjid megah, seperti Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makassar. Penyebaran Islam juga membawa pengaruh terhadap politik kerajaan, di mana hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di luar Makassar, seperti Aceh dan Malaka, semakin erat.
c. Politik dan Diplomasi
Dalam hal politik, Kerajaan Makassar tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga diplomasi yang cerdas. Kerajaan ini menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan besar lainnya, seperti Kesultanan Demak dan Aceh, untuk memperkuat posisi politik dan ekonominya. Namun, konflik dengan kekuatan-kekuatan asing, terutama Portugis dan Belanda, sering kali terjadi karena keduanya berusaha menguasai jalur perdagangan yang melibatkan Makassar.
Konflik dengan Belanda, khususnya, menjadi bagian penting dalam sejarah Kerajaan Makassar. Meskipun Belanda berhasil mendirikan pos perdagangan di beberapa wilayah, Kerajaan Makassar berhasil mempertahankan kedaulatannya selama beberapa waktu, berkat kekuatan armada laut dan kemampuan diplomatik yang baik.
3. Pengaruh Kerajaan Makassar di Nusantara dan Dunia
Kerajaan Makassar memiliki pengaruh yang signifikan, baik di Nusantara maupun di luar Indonesia. Secara geografis, Makassar menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai kerajaan dan bangsa di Asia Tenggara. Selain itu, kekuatan armada laut dan pengaruh politiknya memperkuat kedudukannya sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.
Di dalam Nusantara, kerajaan Makassar memainkan peran penting dalam persaingan dengan kerajaan-kerajaan besar lainnya, seperti Mataram dan Bali. Perang dan aliansi politik yang terbentuk antara kerajaan-kerajaan ini memperlihatkan betapa pentingnya posisi Makassar dalam peta politik dan ekonomi di Asia Tenggara pada waktu itu.
Di luar Nusantara, pengaruh Makassar juga meluas ke Filipina, terutama ketika Makassar menjalin hubungan dagang dan politik dengan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, hubungan dengan negara-negara Muslim lainnya, seperti Kesultanan Aceh, memperkuat posisi Kerajaan Makassar dalam dunia Islam di Asia Tenggara.
4. Kehancuran Kerajaan Makassar dan Warisan Budaya
Pada abad ke-17, Kerajaan Makassar menghadapi penurunan yang signifikan. Setelah beberapa kali terlibat dalam konflik dengan Belanda dan Portugis, serta masalah internal yang melemahkan kerajaan, Makassar akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada 1667, setelah penandatanganan Perjanjian Bungaya. Perjanjian ini mengakhiri kekuasaan Gowa-Tallo dan memulai periode penjajahan Belanda di wilayah tersebut.
Namun, meskipun kerajaan Makassar jatuh, warisan budaya dan pengaruhnya tetap bertahan. Makassar, sebagai kota pelabuhan yang strategis, terus memainkan peran penting dalam perdagangan dan kebudayaan di Indonesia. Banyak bangunan dan situs sejarah yang berasal dari era kejayaan kerajaan ini masih dapat ditemukan di kota Makassar, seperti benteng Fort Rotterdam yang dibangun oleh Belanda di atas sisa-sisa benteng kerajaan Gowa.
Kerajaan Makassar adalah contoh kejayaan sebuah kerajaan maritim yang tidak hanya terkenal karena kekuatan politik dan militernya, tetapi juga karena peranannya yang sangat penting dalam perdagangan dan penyebaran budaya di Nusantara. Kejayaan Makassar tidak hanya ditandai dengan armada laut yang kuat dan perdagangan yang pesat, tetapi juga dengan kemajuan dalam budaya dan agama, khususnya Islam. Meskipun akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada abad ke-17, pengaruh Kerajaan Makassar tetap hidup melalui warisan budaya dan sejarahnya yang tetap dikenang hingga hari ini. Dengan demikian, mengenal sejarah Kerajaan Makassar membantu kita lebih memahami dinamika politik, ekonomi, dan budaya yang telah membentuk Indonesia di masa lalu.